
Inilah Catatan Perjalanan ketika Bermalam di Nasmir Hotel, Penang-Malaysia
Setiba di Golden Nasmir Hotel, 1639 Jalan Perusahaan, Bukit Mertajam, Pulau Penang, Malaysia, 17 April 2008, jam 9 malam, saya disilakan rehat sejenak. Melalui lift hotel, yang terdiri dari 4 flat / floor, saya menuju kamar 108 yang sudah disiapkan di tingkat 1. Foto di samping kiri diambil di salah satu sudut bilik (kamar) hotel. Setengah jam berlalu, kemudian saya turun ke lobi hotel. Di
Pak Ismail memperkenalkan kepada saya semua menu di restoran ini. Selain masakan India, hampir semua menu dari negara-negara Asean ada di sini. Saya memilih makan nasi kandar saja, khas masakan India . Dan ini adalah kali pertama saya menikmati Nasi Kandar Nasmir yang sangat terkenal di negeri Penang . Saya pesan nasi kandar dengan lauk telur sotong (cumi-cumi), kerang, dan ikan laut. Alfah (anak saya), menikmati nasi goreng. Minumnya saya pilih orange juice saja. Alfath ingin es teh. Saat pegawai restoran menghampiri saya, saya kaget. Karena yang disajikan adalah es teh susu (berwarna coklat, mirik es susu coklat), bukan es teh sebagaimana yang saya maksud. Saya terdiam sejenak. Dan kemudian membuka menu minuman, saya baca kembali. Saya baru faham setelah Pak Ismail menjelaskan bahwa minuman yang disajikan pelayan restoran tadi adalah teh tarik, sedangkan Tea-O' Ais di Malaysia adalah “es teh” menurut orang Indonesia . Saya pun akhirnya tersenyum, karena ada perbedaan bahasa dan persepsi.

Jum’at 18 April 2008. Waktu menjelang Subuh, saya sudah bangun, Saya sempatkan melihat aktivitas di luar dari balik kelambu jendela hotel. Hari masih terlihat gelap, saya hidupkan televise saja. Beda dengan TV di Indonesia yang menggunakan nama atau singkatan, di Malaysia channel TV menggunakan angka 1 sampai 9. Saya sempat menonton acara yang intinya pengarahan Jenderal panglima tentara tertinggi Malaysia kepada para tentara prajurit Malaysia . Ketika jenderal itu bicara persoalan strategi perang, mereka lebih mencontohkan kisah Nabi Muhammad dan para sahabatnya sebagai dasar strategi perang untuk menumbuhkan kecintaan bela negara. Hal ini berbeda dengan di Indonesia yang lebih memilih tokoh nasional untuk menumbuhkan semangat patriotisme.
Jam 9.00 waktu Penang, saya turun ke lobi hotel. Saya disilakan oleh staff hotel menuju office di lantai 2 untuk menemui Tuan Kadhar Shah. Saya sangat kagum dan takjub saat saya disilakan masuk ke ruangan oleh Beliau. Ruangan indah seperti istana kerajaan Islam dengan lighting yang luar biasa. Terdapat tulisan arab khas muslim; Allah-Muhammad, di dinding belakang tahta yang dirajut dengan warna kemilau keemasan. Tahta itu dibangun dan diatur sedemikian rupa, sehingga lebih tinggi dari lantai ruangan. Saya belum pernah menemui ruangan bigboss seperti ini di Indonesia. Sungguh menakjubkan.